26.4.10

cinta yang hilang




aku yang tergaduh dalam perit mencari cinta yang hilang
kutemui hanya resah hanya pilu
tatkala cinta berpaling wajah
enggan ia percaya malahan mustahil mahu kembali
hanya kerna aku bukan dia
maka
gelaplah dunia
dan sempurnalah hakikat
bahawanya
cintamu bukan paksaan
sayangmu bukan mainan
hatimu bukan gadaian
akhirnya ku akur
dan tertunduklah diri
hiba dan luka
sendirian.




(buat yang mungkin mengerti...walau sekejap amat ku hargai)

1 komen

24.4.10

sesat


izinkan aku,
sesat di hati mu,
jangan ada jalan kembali,
selamanya ingin aku di situ
di hati mu,
selalu.
0 komen

20.4.10

aku si pencarum rindu

dalam diam aku daftar diri
mencarum rindu
dana cinta mu
seluruh hayat premium itu
ku lunasi tanpa jemu
takkan jemu

dan telah ku namakan kau
pewaris kasih ini
walau mungkin kau berpaling
janjiku tetap jitu
sampai waktu tetaplah ia untuk mu

jadi maaf sayang
hanya itu yang aku mampu
hanya kasih
hanya cinta
hanya rindu
2 komen

14.4.10

sajak aku

aku perantau tiada kampung
asalku dari tanah
maka tanah lah kampungku


aku pengemis cinta
dari dia ku kenal rindu
tapi sayang dia tak kenal aku


aku kasihkan haiwan
anjing itu ku beri makan
ketempat kerja di temannya aku


aku pengagum setia
the pianist ulung mr.brody
oh!dalam mimpi selalu ketemu
0 komen

8.4.10

malam berdarah merah

kukira malam itu malam bertuah
hujan masih bersyair indah
aku di kamar sendirian
resah menunggu utusan
dari pipit kesayangan
terbangkan aku khabar riang

. . .

dan sepertiga malam aku sendirian
di kamar menunggu pipit sayang
pipitku lalu datang
ah!pipitku berdarah!
Achtung!
simpang siur peluru Hitler
3 bidik 2 tepat
katanya memercikkan merah
kata pipit
"wahai teman,setan kau tewas lagi"
jadi apa perlu aku muram
andai yang rebah itu setan jua

pipitku lalu pulang.

malam itu bukan malam bertuah
tapi malam berdarah.merah.

*kamarku 8/4
3 komen

raining day

when the rain is pouring down,
someone's heart is crying so,
may the rain all night it goes,
then my heart could beating slow.

whatever.what i want is you.
0 komen

Fiksimini di Twitter # 02

Lihat di Hasan Aspahani:

1.HARI ini aku ke kantor asuransi. Aku ambil klaim asuransi kematian. Kemarin aku mati kecelakaan.

2.
PENGGALI kubur itu mati. Di nisannya tertulis epitaf: bagaimanapun, aku tak bisa menggali kuburku sendiri.

3.
ROBOT itu diterima kerja di bengkel perbaikan robot. Tugas pertamanya: memperbaiki dirinya sendiri.

4.
DIA tertidur, tv tak dimatikan. TV itu ingin sekali meraih remote control, mematikan dia.

5.
'AKU tokoh dalam kisahmu,' katanya pada Agus Noor. Tapi, kau belum menuliskan aku. Hm, kok Dia tahu aku mau menulis tentang Tuhan?

6.
BOLEHKAH aku menggantikan dia? kata sebuah kata pada seorang penyair, sambil menunjuk kata lain di sajak penyair itu.

0 komen

Sekebat Kelebat Aforisma

Lihat di Hasan Aspahani:

"/1/
AH, pohon yang tabah. Tumbuh setinggi apa yang mampu diberi oleh tanah.

/2/
YANG paling ia cintai dari rumahnya adalah Pintu, yang dengan dua kata sederhana: menutup dan menguak, bisa terbuka atau terjaga rahasia.

/3/
ITU tadi seperti kuliah singkat. Filsafat cokelat. Nama-nama bumbu asing fasih diucapkan di lidah lincah. Demi juadah, dua-tiga kerat.

/4/
TELEVISI kami restoran Minggu pagi. Kami tak memesan apa-apa. Segalanya kausajikan, Farah Quin! Ah, mata, lapar itu pasti bermula dari sana.

/5/
SEPERTI bercukur dengan pisau tumpul, aku seakan dipaksa melepas topeng yang tak kupakai. Wajahku berkarat, usia tak menyembunyikan usia.

/6/
TUHAN, kukira Dia tak mencipta bahasa. Ia serahkan urusan ini pada kecerdasan manusia. Lalu Dia pakai itu untuk wahyu-Nya.

/7/
BEGITU kukira bahasa tercipta. Kita ucap saja kata, lalu riang menafsirnya. Ketika gramatika mengikat segalanya, pada puisi berharap bahasa.

/8/
DONGENG kita akan ditutup kalimat itu juga: Lalu mereka hidup bahagia selama-lamanya. Ya, kita akan bahagia. Tapi tak akan hidup selamanya.

/9/
PERLU kuberi tahu, Obama? Di negeri ini minyak dimatangkan geologi, walau pada kami tak pernah datang Nabi. Cucilah tangan, muka, dan kaki.

/10/
BERAPA lama kau di Negeri Mimpi, Alice? Selama lamaran diajukan dan penolakan kujawabkan. Tapi, tunggu, kulihat dulu arloji Si Kelinci itu.

/11/
MALAM kuning, lancang berlayar. Dia nahkoda kita yang kurang faham. Ini kapal berbendera sejengkal, tenggelam di laut tak beralamat.

/12/
KEMANA kau berjalan di waktu senja hari, Sapardi? Ah, harusnya aku tak bertanya, ya? Kenapa masih juga aku sibuk bertengkar sendiri!

/13/
AKU tertindih di dasar troli. Mencari-cari di mana label harga itu tersematkan di tubuhku. Aku harus membayar sendiri, nanti di kasir itu.

/14/
O, Coca-cola, aku pengiring kereta kuda Pemberton, ke toko farmasi itu, ke aroma gula bakar itu. O, aku tak mau jadi botolmu

/15/
PERLU kuberi tahu, Obama? Di negeri ini minyak dimatangkan geologi, walau pada kami tak pernah datang Nabi. Cucilah tangan, muka, dan kaki.

/16/
SEPERTI terbingkai di lukisanmu, Picasso. Aku kini mungkin tahu, kenapa sesekali kita perlu enggan, berbagi dengan cermin itu.

/17/
KENAPA aku harus mengingatkan pada sesuatu atau seseorang, tanya Hujan, seperti dikutip dari sebuah Puisi, seperti dipetik dari Sapardi.

/18/
KITA memang tidak menanam pohon itu. Siapa yang melempar apel ketika kita menunggu, Jobs! Ada bekas gigitan taring di daging buah itu.

/19/
PATUNG pelangi, Helvy, kolam bidadari. Itu anakmu? Anak lelaki yang memetik Puisi di ranting gaib yang tumbuh dari doamu?

/20/
KITA dua penembak berhadapan, menunggu dentang jam kota mengaba-aba, kita bertukar peluru. Tuhan, Siapa Nama-Mu?

/21/
SEPERTI selalu ada yang tertinggal di laci, di bangku sekolah yang tak berkunci. Sapardi, ya, tak perlu jatuh cinta untuk menjadi Puisi

/22/
LANGIT yang megah di hati yang mentah. Aku juru api unggun, anggota Pramuka yang malas pulang, betah di sekitar kemah.

/23/
HUJAN lebat sekali. Seperti terbawa dari Isla Negra, dari sajak Neruda. Ada lelaki kecil berpayung besar, menyeberangkan aku ke keteduhan.

/24/
'Jam berapa ya sekarang?' tanya arloji padaku. Aku kira dia sedang mati. Ternyata, dia sedang tidak percaya pada diri sendiri.
0 komen