Bacakanlah sajakku Nirwan, sejambak kata tentang angin, kunang dan bulan, juga sedikit cerita kita. Pejamkan matamu dan bacalah ia Nirwan;
Lembut desir angin petang, pada daun dan rumput ilalang, tak lebih lembut dari tutur suara mu, Nirwan. Yang bahkan selalu merdu, menenteramkan hati dan memberi nyaman;
Tawamu bagai denting piano, Nirwan, yang pernah kau mainkan senota dua di hari keraian ulangtahun seorang gadis muda. Begitu riangnya, pun begitu hiba;
Tuhan, akhirnya ku yakin syurgamu itu memang nyata ada. Ya, syurga itu adalah redup renung matamu Nirwan, yang selalu lembut, penuh cahaya.
Published with Blogger-droid v1.7.4