24.6.10

ulangtahun diri


lima belas hari sudah berlalu
separuh purnama sejak dari hari istimewa itu

istimewakah? hanya hari ulangtahun
yang saban tahun biasa-biasa cuma
tanpa ucapan maupun kata-kata indah
tiada keknya atau lilin untuk ku tiup
apatah hadiah dari yang mungkin mengenang aku
hari aku

lalu ku sedar sendiri
siapalah diri untuk meminta yang itu
dan meminta yang ini
sedang diri bagai gelandangan
sekilas pandangan tak terkesan

lalu ku pujuk-pujuk jiwa

bukanku hampa malah jauh pula kecewa
kerna tahun depan mungkin ada
ya,optimis! jika tidak pun tahun seterusnya

namun,dari siapa?

ah tak ku harap
sekadar berangan
dalam pada berdoa sendiri
dalam sunyi menghitung detik-detik mendatang

andai jalan ku masih panjang

"wahai tuhan berkatilah,
di dunia ini,
biarlah aku bagai dilupakan,
ku harap Kau mengingatiku"
0 komen

10.6.10

di bawah pohon kenangan dan tepian sungai yang keruh itu





di tepian sungai yang keruh itu
dalam sabar menanti
bersaksikan pohon kenangan kita
hijau nya telah pun mula pudar dan layu

ku lihat kau makin hanyut
ke muara ampangan yang jauh
yang air nya
sekeruh gelodak jiwaku kini

lelah hanyut kau ke muara tak bernama
meninggalkan aku sendirian
setia di tebing itu
setia mengharap kau ke sisi

namun
saat musim berganti
sungai kekeringan
pohon kenangan makin hilang keteduhan
aku kedinginan
kau tetap tidak kembali


akhir cerita
di bawah pohon kenangan yang sama
yang kini telah gugur daun malahan reput rantingnya
dan dalam penantian yang abadi
takdirnya terkuburlah aku di situ.
2 komen

8.6.10

redup rabiulthani

Damai petang Rabiulthani

Tersimpuh aku di bawah redup kemboja

Lama di keteduhan itu

Perlahan-lahan ku lagukan

Baris-baris syair dari tuhan

Sedingin makna embun subuh itu

Meresap ia ke lubuk-lubuk yang dalam

Semilir petang meniupkan harumnya

Bersama-sama harum kemboja

Lalu menghilir pula ia ke benua-benua yang jauh

Untuk yang tercinta

Antara yang sudah

Kutamatkan syair itu

Dalam penantian dan persoalan

Akan bila pula saat untukku?

1 komen