12.1.13
The Sacrifice - IWTFY
I can sacrifice my health.
And I can sacrifice my money.
I can sacrifice my nights.
And I can sacrifice my sanity.
I can sacrifice my words.
And I can sacrifice a song.
I can sacrifice the world.
And I can sacrifice nearly everyone in it.
The only thing I won't let them take is, you.
- IWTFY, 23th September 2011
puisi serupa :
#pfbs,
english poems,
not mine
31.12.12
Belajar dari Pantun - Goenawan Mohamad
"‘Pembayang’ yang mengandung sesuatu yang ‘ditudung’ itu tak akan uzur sehabis ‘maksud’ pantun itu muncul dan dikomunikasikan. Itu sebabnya sebuah pantun akan dikenang bukan hanya karena maknanya. Sebuah pantun hidup terus justru karena ia lekat dengan ‘pembayang’ yang seakan-akan tak mempedulikan makna."
---
"Pemantun tak berada di sebuah ‘titik Archimides’ yang memungkinkannya memandang dunia dengan mata malaikat. Ia berbahasa bersama tubuhnya, bersama hasrat-hasratnya, juga bersama pertautannya dengan manusia lain."
Lain lain;
Belajar dari Pantun - Goenawan Mohamad, @gm_gm
puisi serupa :
pantun
19.12.12
Halima, Shulman, Goenawan dan Israel
Jika kau pernah renungkan wajah korban itu,
dan telah kau pikir sepenuhnya,
kau akan ingat ibumu di kamar gas,
dan kau akan dibebaskan dari alasan untuk bersenjata.
- Mahmoud Darwish kepada Parajurit Israel
Dari catatan Goenawan Mohamad, November 2012, Halima
14.11.12
Sejambak kata tentang Nirwan
: Nirwan
Bacakanlah sajakku Nirwan, sejambak kata tentang angin, kunang dan bulan, juga sedikit cerita kita. Pejamkan matamu dan bacalah ia Nirwan;
Lembut desir angin petang, pada daun dan rumput ilalang, tak lebih lembut dari tutur suara mu, Nirwan. Yang bahkan selalu merdu, menenteramkan hati dan memberi nyaman;
Tawamu bagai denting piano, Nirwan, yang pernah kau mainkan senota dua di hari keraian ulangtahun seorang gadis muda. Begitu riangnya, pun begitu hiba;
Tuhan, akhirnya ku yakin syurgamu itu memang nyata ada. Ya, syurga itu adalah redup renung matamu Nirwan, yang selalu lembut, penuh cahaya.
2
komen
Share to XShare to Facebook
Bacakanlah sajakku Nirwan, sejambak kata tentang angin, kunang dan bulan, juga sedikit cerita kita. Pejamkan matamu dan bacalah ia Nirwan;
Lembut desir angin petang, pada daun dan rumput ilalang, tak lebih lembut dari tutur suara mu, Nirwan. Yang bahkan selalu merdu, menenteramkan hati dan memberi nyaman;
Tawamu bagai denting piano, Nirwan, yang pernah kau mainkan senota dua di hari keraian ulangtahun seorang gadis muda. Begitu riangnya, pun begitu hiba;
Tuhan, akhirnya ku yakin syurgamu itu memang nyata ada. Ya, syurga itu adalah redup renung matamu Nirwan, yang selalu lembut, penuh cahaya.
Published with Blogger-droid v1.7.4
puisi serupa :
Nirwan
12.11.12
Sepotong Puisi dan Sebaris Doa
Kematian adalah janji tuhan. Tuhan tak pernah mungkir janji, lalu kematian adalah pasti. Tiada bantah lagi. Kematian yang baik adalah yang dialu alukan dengan senyum dan lapang dada. Ironi. Biar yang ditinggalkan pastilah kedukaan dan air mata. Menderita sakit yang lama dan gampang sembuh lagi. Itu antara impian lara. Impian tentang harus bagaimana lara mahu mati. Impian terakhir sebelum meninggalkan dunia. Dan semoga mati lara adalah mati yang tidak sia sia. Mati namun terus diingati. Dan lara amat berharap lara diingati kerana belas ihsan dan puisi puisi. Lara jua sangat mempercayai doa, lalu mengingati kata Goenawan Mohamad, "puisi juga adalah doa". Maka, kelak bila diri ini sudah tiada lagi, kasihanilah lara dengan membaca paling tidak sepotong puisi lara yang paling anda suka. Nikmati dan percayalah ia, demi berbuat demikian bermakna anda juga mendoakan lara. Sepotong puisi yang anda baca untuk sebaris doa yang lara terima. Hanya terima kasih untuk itu dan semoga kita dapat berjumpa di suatu saat keabadian dengan lara memakai kalung doa yang telah anda kirimkan lewat puisi yang telah dibacakan.
puisi serupa :
doa
Subscribe to:
Posts (Atom)