(**segala yang terindah terhimpun bersama.suka!)
Lihat di Hasan Aspahani
: Dhiana
AKU cabang, kau dedaunan,
sepasang burung hinggap di ranting
itu, tak tahu bahwa teduhnya
adalah Cinta kita
*
Aku lelah angin, kau tabah laut,
pantai yang selalu menunggu itu
tak tahu ombak yang sampai padanya
adalah Cinta kita
*
Aku matahari pagi, kau manis
gerimis, pelangi yang melengkung
itu tak tahu, bahwa warnanya
adalah Cinta kita
*
Aku mata air, kau liku sungai,
air yang mengalir itu tak tahu
bahwa deras arusnya
adalah Cinta kita
*
Aku batang lilin, kau sumbu
api yang menyala padamu itu
tak tahu bahwa terangnya
adalah Cinta kita
*
Aku kukuh akar, kau julang batang,
ranting di cabang itu tak tahu
bahwa bunga yang mekar padanya
adalah Cinta kita
*
Aku bunyi, kau makna, penyair
yang sedang menulis larik-larik itu
teramat tahu bahwa Puisinya
adalah Cinta kita.
21.5.10
13.5.10
petikan 'leraian novella'
di hujung tikungan penuh kerikil ini
sang lelaki tak upaya lagi tunduk mengutip
daun2 resah
yang mendesah antara tatapan dan senyum
perawan duka itu adalah
nafas getir dan gusar
ketika akan melangkah
memasuki kapal
memulakan pelayaran
menuju pulau zaman abadi
maha besar Tuhan yang mempertemukan sepasang kehidupan
maha besar pula Tuhan yang menjarakkan sepasang harapan
pelabuhan akan terus menghirup sunyinya
setelah kapal berangkat jauh
ke pulau asing
irama tidak akan lagi mendayu
lagunya telah mula dipadamkan
dan terbenam abadi di pusara
seorang pencinta.
0
komen
Share to XShare to Facebook
sang lelaki tak upaya lagi tunduk mengutip
daun2 resah
yang mendesah antara tatapan dan senyum
perawan duka itu adalah
nafas getir dan gusar
ketika akan melangkah
memasuki kapal
memulakan pelayaran
menuju pulau zaman abadi
maha besar Tuhan yang mempertemukan sepasang kehidupan
maha besar pula Tuhan yang menjarakkan sepasang harapan
pelabuhan akan terus menghirup sunyinya
setelah kapal berangkat jauh
ke pulau asing
irama tidak akan lagi mendayu
lagunya telah mula dipadamkan
dan terbenam abadi di pusara
seorang pencinta.
Subscribe to:
Posts (Atom)