21.8.15

Puisi Pun Pupus

Pada "mengapa" kami tertanya; ketika kami mengabaikan Kata dan melupakan Makna, benarkah kami turut membuat Puisi menangis?

(airmata itu adalah ikatan huruf huruf yang dulu kami jalin dengan sepenuh suka dan perasaan bangga namun kini telah melerai mati tinggal jadi puing puing prosa yang kami sendiri tak lagi mengerti mengapa kami membinanya dahulu)

Pada akhir baris tulis itu, yang ada hanyalah sebuah perenggan pendek bisu dan setelahnya, sebentuk "titik" yang menikam tajam segala ragu.

Demikianlah, Puisi pun pupus.

4 komen