25.9.16

Reinkarnasi Wayang Acak

: WY

Semoga di lain inkarnasi, aku akan menjadi engkau dan engkau akan menjadi aku dan kita akhirnya akan saling mengerti bahawa hidup memang taklebih sekadar wayang acak.

Kita adalah topeng topeng yang menari dialun serunai dalam #C, dan Yudhistira, aku (engkau) akan menanti untuk engkau (aku) menyanyi sekali lagi dalam semar dan mabuk melaung laungkan nama kita;

"Drupadi-! Drupadi-! Di manakah, kembalilah, Dyah Ayu Drupadi, aku sudah parah-!"

Demikianlah topeng topeng terusan berlamentasi dalam haru lagu bernada nestapa. Namun dari balik kelir reinkarnasi ini, kesunyian turut terdengar satu nota lebih tinggi;

"Aduh sayang, Sang Ludera, siapakah yang mendalangi segala rumit dan sakit ini kalau bukan kenaifan kenaifan kita sendiri?"

Sampai tiba satu ketika tingkah irama akan berhenti berbunyi, tidak ada siapa yang akan menabuh geduk gendang itu lagi.

Sepicing bunyi kesi terdengar di hujung dinihari menandakan tamat reinkarnasi dan di dalam gelap panggung, topeng topeng pun menangis lagi.
 

posted from Bloggeroid

0 komen

22.9.16

Perihal Puisi (iii)

:

You are a bouquet of prose I dare not utter; a brilliant metaphor I dare not understand; a beautiful phrase I dare not read; for I am worried that letters would escape me; words would scurry away; while meanings would definitely mocking at me mercilessly it'll make me tremble with great shame and self pity; and the most humiliating is however much I try I still couldn't come out not even with one sensible reason for why should a broken piece of withered mudslate full of gibberish, pathetically deprived of depth and eloquence such is me, be allowed to even imagine about you, you magnificent poem ever written.

0 komen

6.9.16

Sublunary (i)

Lapar bikin marah. Marah bikin sajak. Sajak bikin revolusi. Revolusi bikin chaos. Chaos bikin sakit. Sakit bikin mati. Maka, carpe diem.


0 komen

4.9.16

A War Within

I am the soldier
I am the bombardier
I am the pilot
I am the tanker
I am the general of the highest order
I am the wound the mound the bunker
I am the weapon the rifle the grenade launcher
I am the bomb that obliterates
I am the bullet to my own head
I am the raging fire in the field of bloody ruins
I am the soulless soldier girl destined to be scarred in forever pain
I am my own hellish nightmare and I don't fucking care
Retreat your auxilliary army spare me the bullshit treaty
Let me fight my own goddamn battle, alone, for the war within is me.

0 komen

Two Wallflowers By The Window (ii)

: Dear Jon (for when nothing ends, forever seems short)

Please take me along with you to another planet with different hue of blue orbiting a cold sombre sun floating among watchful bunch of unnamed stars hidden by the arm of that one faraway lost galaxy where time doesn't exist and light shines in faint melancholy.

Because everything is temporary, so protempore please let my brief moment with you lingers a moment more.

(After all, am I not your Silk Spectre?)

0 komen

27.8.16

Two Wallflowers By The Window (i)

: WY Reincarnate

"What is the catch?"
He asked.

"I've run out of twenty two tricks and you've caught me at the last (first) one."
I answered.

u can always follow me through twitter/lara_nur

posted from Bloggeroid

0 komen

21.6.16

Lelaki Pemberani Yang Menangis

: Bukan Tuah

Di hadapanku seorang teman dari balik secawan kesepian dalam seduhannya mencari cari entah apa
barangkali tak akan kupahami kesayuannya itu tetapi aku mengerti sakitnya ngilu;

Kubilang jangan takut menangis teman, kerana seorang lelaki pemberani pun memang bisa kalah
hey, kukira hidup bukanlah lawan untuk kau menangi, ia kawan yang mengajari tentang tahan bertabah.

Malayan Hainan Cafe | 191215

0 komen

Apa Yang Ada Sesudah Tiada - Airmas & Lara Nur





Apa Yang Ada Sesudah Tiada

Seorang politikus mati; mayat dirawat badan dikafan namun ruang solat sepi
Rakyat tidak peduli dibiar dustanya menggali kubur sendiri..

Seorang pelacur mati; malaikat dengan santun menuntunnya ke suatu taman serupa syurga
Di pusaranya ada seekor anjing melolong hiba..

Seorang pelaut mati; angin dan laut yang purba akan mengucapkan eulogi
Seorang sahabat lama telah menemukan pelabuhannya yang abadi..

Seorang penyair mati; dan tak ada yang menangisi
Melainkan kata kata pada puisi itu yang tak akan pernah ditulisnya lagi..



***Satu puisi pendek lara dengan empat stanza yang dimelodikan oleh seorang sahabat penyair yang amat berbakat; saudara Airmas. Inilah sajak pertama lara yang dibikin lagu dan dinyanyikan, and it's such a honour to have one of my poem sung like this, hey who wouldn't, right? Kepada Airmas, terima kasih sekali lagi for your great effort in creating this. (This piece at first was made in just under couple of hours, out of my own request to him to "songify" one of my poem and he chose this-!). I'm so very grateful and humbled, and I'll always treasure this. You're definitely one magnificent and talented songwriter, Airmas, you really are. So, guys hopefully you'll enjoy listening to the above video as much as I do. Apa Yang Ada Sesudah Tiada, click the play button and there you go..


0 komen

28.3.16

Un-masking Despair

0 komen

Eulogi Buat Nirwan

: Nirwan

Dari segala apa pun
yang sering aku kenangkan adalah kuntum senyummu
yang lemah dan selalu manis itu
lembut alun sibak rambutmu
berpendar cahaya
hitam bersulam harum zaitun
dan matamu yang memelihara derita
aku melihatnya serupa fajar pagi
kau buat basah dan penuh seri
ya, juga saat terakhir itu Nirwan
dingin genggam tanganmu juga tetap kuingat
serta kecup bibirmu yang pernah hangat pun tidak aku lupa;

Sebuah ketaatan
mimpi mimpi yang tak nyaris
menghapus dan hilang
Nirwan
kerana kau
rindu adalah serangkai ikebana di
makam cinta kita;

Jika mati
adalah jalan satu satunya
jalan terakhir
jalan yang ada
tak mengapa Nirwan
kerana telah ku wasiatkan
agar nanti kita tidur selahad;

Lalu kenangan pun mendebu
dalam musim yang tak mengenal hujan
sepasang daun kekeringan
gugur di pusara kita
dan cinta pun tak pernah
menumbuh lagi;

Setelah apa pun
aku tahu dan mengerti
dengan sesungguhnya
cinta bukanlah semata mata tentang kebersamaan
tapi matimu Nirwan
tak pernah adil untuk rinduku!

0 komen

4.2.16

Kau adalah Luka di Lukaku - Hasan Aspahani

KAU adalah luka di punggungku. Sayat sakit itu seperti lembut tanganmu, sepanjang malam mengelusku, dan aku tak mau tidur.

KAU adalah luka di dahiku. Aku memperlama lafaz doa dalam sujudmalamku, menikmati makin parah perih itu.

KAU adalah luka di lidahku. Tiap kali terasa sakitnya, aku seperti sedang dipaksa menyebut namamu.

KAU adalah luka di telapak tanganku.
Aku menadah darah sendiri, agar tak ada orang tahu ada luka di situ.

KAU adalah luka di dua kakiku. Luka
bekas kulepas besi belenggu, yang kini tak lagi menahanku mengejar menemukanmu.

KAU adalah luka di hatiku. Aku menunggu
kelak kau bertanya, "dengan apa kusembuhkan luka itu?"
Dan kujawab, "lukai saja lagi aku!"

Jun 2010 oleh Hasan Aspahani

2 komen

11.1.16

Perihal Puisi (ii)

Nyatanya, Puisi tidak boleh dipaksa. Ia akan hadir tiba tiba dan kau tidak boleh tidak meladeninya. Puisi adalah kekasih yang manja, ia garang, ia riang, ia menyimpan air mata, padanyalah tergantung seluruh kecintaan dan segala kecelakaan. Demikianlah kau hanya menulis Puisi bila ia membenarkan dirinya ditulis. Lalu tak aneh juga bahawanya bukan kau yang menulis Puisi - ia sebenarnya menulis dirinya sendiri (ha-!). Puisi jua tak akan pupus selagi kata belum terhapus. Seorang penulis Puisi adalah pendekar di medan makna. Hunjamkanlah pena itu-! Bertantanglah-! Bertarunglah-! Dengan ingatan bahawa sesungguhnya Puisi takkan rebah terkalah. Di akhirnya, penulislah yang akan tetap mati, hanya Puisi yang abadi.
0 komen

The Gardener Verse XXIX - Rabindranath Tagore

: Bear

Speak to me, my love! Tell me in words what you sang.

The night is dark. The stars are lost in clouds. The wind is sighing through the leaves. I will let loose my hair. My blue cloak will cling round me like night. I will clasp your head to my bosom; and there in the sweet loneliness murmur on your heart. I will shut my eyes and listen. I will not look in your face. When your words are ended, we will sit still and silent. Only the trees will whisper in the dark. The night will pale. The day will dawn. We shall look at each other's eyes and go on our different paths.

Speak to me, my love! Tell me in words what you sang.

0 komen