Showing posts with label Nirwan. Show all posts
Showing posts with label Nirwan. Show all posts

28.3.16

Eulogi Buat Nirwan

: Nirwan

Dari segala apa pun
yang sering aku kenangkan adalah kuntum senyummu
yang lemah dan selalu manis itu
lembut alun sibak rambutmu
berpendar cahaya
hitam bersulam harum zaitun
dan matamu yang memelihara derita
aku melihatnya serupa fajar pagi
kau buat basah dan penuh seri
ya, juga saat terakhir itu Nirwan
dingin genggam tanganmu juga tetap kuingat
serta kecup bibirmu yang pernah hangat pun tidak aku lupa;

Sebuah ketaatan
mimpi mimpi yang tak nyaris
menghapus dan hilang
Nirwan
kerana kau
rindu adalah serangkai ikebana di
makam cinta kita;

Jika mati
adalah jalan satu satunya
jalan terakhir
jalan yang ada
tak mengapa Nirwan
kerana telah ku wasiatkan
agar nanti kita tidur selahad;

Lalu kenangan pun mendebu
dalam musim yang tak mengenal hujan
sepasang daun kekeringan
gugur di pusara kita
dan cinta pun tak pernah
menumbuh lagi;

Setelah apa pun
aku tahu dan mengerti
dengan sesungguhnya
cinta bukanlah semata mata tentang kebersamaan
tapi matimu Nirwan
tak pernah adil untuk rinduku!

0 komen

14.11.12

Sejambak kata tentang Nirwan

: Nirwan

Bacakanlah sajakku Nirwan, sejambak kata tentang angin, kunang dan bulan, juga sedikit cerita kita. Pejamkan matamu dan bacalah ia Nirwan;

Lembut desir angin petang, pada daun dan rumput ilalang, tak lebih lembut dari tutur suara mu, Nirwan. Yang bahkan selalu merdu, menenteramkan hati dan memberi nyaman;

Tawamu bagai denting piano, Nirwan, yang pernah kau mainkan senota dua di hari keraian ulangtahun seorang gadis muda. Begitu riangnya, pun begitu hiba;

Tuhan, akhirnya ku yakin syurgamu itu memang nyata ada. Ya, syurga itu adalah redup renung matamu Nirwan, yang selalu lembut, penuh cahaya.


Published with Blogger-droid v1.7.4
2 komen

14.3.12

sepasang kekasih dan nota nota dari tuhan (xi)

: Nirwan

1. Bacakanlah sajakku Nirwan, sejambak kata tentang angin, kunang dan bulan, juga sedikit cerita kita. Pejamkan matamu dan bacalah ia Nirwan.

2. Gerimis menggantung diri di ujung kelopak matamu. Nirwan, bibir ini tak tahu yang dikecupnya adalah asin hujan atau dukamu.

3. Cinta, seluas sebuah padang terbuka. Dalam mengejar engkau yang terjatuhnya adalah aku. Luka, rindu rindu yang sarat, parah dan melarat.

4. Langit pun bahkan tak tahu, yang terkandung oleh rahimnya adalah kesedihanku, yang kelak gugur kerana hilangnya engkau.

5. Di penghabisannya, cinta adalah - hanyalah debu debu yang ditepis dari ujung sepatu. Engkau angin liar, melayang sekedarnya dan berlalu.

***
3 komen