6.3.17

Mampus Kau-!

Diketis ketis puntung surya dipikir pikir masuk kedalam tin habuk namun rupanya tidak malahan terbang pula ditiup angin malam lalu merebak kebawah katil; di situ sisa sisa kerumitan dan takharum cengkih (bukan kanker tapi kesunyian) berkelahi memilih siapa lebih sengsara; gadis di atas katil itu atau mereka. Tapi radio di atas meja kayu di sudut kepala katil itu keras menempelak dengan lagu lagu sehabis sayu (konon ia paling derita), dengan butir butir frasa separa dangkal bernada tipu tipuan seolah olahnya Camus takpernah dikenal. Gadis itu tiba tiba menangis, airmatanya jadi habuk. Mereka terdiam (melulu malu dan jatuh kesal). Terus kangker meletus tawanya kepada sunyi ia berkata; "mampus kau!")

0 komen