"‘Pembayang’ yang mengandung sesuatu yang ‘ditudung’ itu tak akan uzur sehabis ‘maksud’ pantun itu muncul dan dikomunikasikan. Itu sebabnya sebuah pantun akan dikenang bukan hanya karena maknanya. Sebuah pantun hidup terus justru karena ia lekat dengan ‘pembayang’ yang seakan-akan tak mempedulikan makna."
---
"Pemantun tak berada di sebuah ‘titik Archimides’ yang memungkinkannya memandang dunia dengan mata malaikat. Ia berbahasa bersama tubuhnya, bersama hasrat-hasratnya, juga bersama pertautannya dengan manusia lain."
Lain lain;
Belajar dari Pantun - Goenawan Mohamad, @gm_gm
No comments:
Post a Comment