rintik hujan perlahan menderap atap
tak tahu yang mana embun dinihari
engkau yang hangat di pelukan
degup jantung terdengar perlahan
memarakkan nafsu yang selalu ada
memanggang dosa sesunyi-sunyinya
matahari lalu mengecup keningku
bukan bibirmu buka mataku
aku melihat tak lagi memandang
pada tubuh yang kotor telanjang
syaitan telah bermain muslihat
kita pula yang jatuh terjerat.
syaitankah yang bijak atau kita yang benak?
No comments:
Post a Comment