7.8.14

Percakapan Pagi (xi)

: Bukan Tuah

Di waktu malam malam telah lewat
aku di rumah dan engkau di pejabat
kita akan bercakap tentang apa saja
demikianlah adakalanya kita bicara;
engkau tentang puisiku
aku pula tentang kerjamu
dan kita akan selalu berakhir dengan tersedu-mengadu tentang apa yang sebenarnya kita mahu tapi takberlaku;
"Pencen saja kerja, aku mau berpuisi!" - jeritmu
"Cukup sudah berpuisi, aku mau kerja!" - pekikku.

Kita terusnya akan menyambung berbaris baris berbual tentang entah apa lagi;
warung garuda, politik dan korupsi, sasterawan negara, wayang terkini, penyajak lama, buku puisi
seperti itulah kita kemudiannya merancang rancang sampai melompat ke seberang
membayangkan pula berpetualang ke negeri orang
dan kita akan saling menyelit kata semangat;
"Kau harus terus menulis, bersajak membebaskan luka." - pujukku
"Kau harus segera kerja, mengumpul tambang kapal terbang." - tegasmu
kitapun serentak bertempik - "Semangat!"

Begitulah gilanya kita dalam diam kata kata
bercakap seolah olah tak ada habisnya
berbual seakan akan tak ada penatnya mengabaikan waktu tak memperdulikan masa
sampai kita sama teringat - "Ah lihat, sudah betapa lewat?" (seperti kesal ia harus tamat)
aku lalu akan menyuruhmu pulang
dan engkau akan mengucap selamat
"Kita bicara lagi, nanti." - tuturmu, seayat.
"Ya, berhati hatilah memandu." - balasku, berat.

Seperti itu saja. Sampai esok pula.

(Aku akan tidur tersenyum mimpi bercakap denganmu, lagi. Engkau juga begitu, barangkali?)


No comments: