Telah dijanjikan pada pohon kematian itu,
Yang menumbuh subur dan gagah, di kebun tua yang debunya dari mutiara yang memerah bak delima,
Akan tiba suatu ketika akan ku jamah buahnya yang manis dan kelat,
Tetapi, tidak akan terpetik buah kematian,
Tidak hingga usai nama ku di ukir pada batang pohon itu,
Oleh pekebunnya yang berwajahkan Timur yang cahaya,
Oleh pemetiknya yang bersayapkan Lam Yalid Walam Yuulad,
Lalu bertanyalah; "adakah buah untukmu itu akan manis atau kekal kelat?"
Aku berharap yang manis manis sahaja,
Tapi kalau baja yang ku tolong tabur dulu bukan pula baja yang amal,
Apa nak ku harap buah kematian ku tidak pahit atau kelat?
Jadi sampai saat merasa, memakan dan menelan,
Saat buah kematian bercebis cebis melalui tenggorokan,
Hanya yang akan tahu cuma lah aku dan Dia,
Dan pohon kematian akan terus menumbuhkan hasilnya,
Dan nama nama lain akan terus diukir,
Tiap sebiji untuk satu jiwa,
Terus meranum, dipetik dan memutik kembali hingga ke penghujung masa.
terinspirasi dari mimpi2 lara kebelakangan ini yang kerap tentang hujan dan ribut bagai nak kiamat. tanda nya mungkin lara akan dapat bala sakit. tapi pada Tuhan saja kita berserah.
7 comments:
bagaimana bisa buah itu ranum
ketentuan tuhan tidak bisa diubah
bilakah kemarau akan berakhir
apekah tanah ini kebuntuan jisimnya..
ya pengatur setiap ukur
mohon ampun dan redha
kabulkanlah doa hambamu ini
bergugus-gugus dari sekian pohon kematian,
bersiramkan pahala,
yang ku timba dari perigi amal,
setimba dua tiga empat,
lalu mengering,
dan buah kematian ku masih jua enggan meranum!
katakanlah: "jika dirimu inginkannya
kejarlah kematian",
pohon kematian tetap disiram,
dicahayai,
tumbuh menguasai alam
suka ini. :)
terima kasih kerana suka. lara pun tak suka nya sangat.
katakanlah: "jika dirimu inginkannya
kejarlah kematian",
pohon kematian tetap disiram,
dicahayai,
tumbuh menguasai alam
test
Post a Comment