tuhan tidak pernah mengabarkan rahsianya yang satu ini,
dan aku pula adalah manusia bertuah yang menyedari,
bahwa sesungguhnya asal indah lengkung pelangi,
terbias datang dari sinar matamu yang jeli.
Seksyen 3, BMC.
31.5.11
24.5.11
mimpi
dalam pada subuh yang gerimis
malaikat pun menangis
dan mimpi mimpi adalah lembar kenangan
juga cara tuhan memujukku perlahan..
untuk melupakanmu
0
komen
Share to XShare to Facebook
malaikat pun menangis
dan mimpi mimpi adalah lembar kenangan
juga cara tuhan memujukku perlahan..
untuk melupakanmu
puisi serupa :
#pfbs,
gerimis,
gudang mimpi,
lembar kenangan
21.5.11
terang siang itu bukan miliknya
wahai bulan pagi di hujung laman,
0
komen
Share to XShare to Facebook
cahayamu nyata kenangan,
ayuh, menyerahlah!
ada langit malam jadi muram,
saat kau enggan tenggelam!
Seksyen 3, BMC.
Seksyen 3, BMC.
puisi serupa :
#pfbs,
malam,
puisi bulan
18.5.11
simpang salah
sedang aku terkial memilih simpang hidup,
dari sekian latisan kerikil dan denai yang damai,
0
komen
Share to XShare to Facebook
dari sekian latisan kerikil dan denai yang damai,
kebutaan itu akan tetap melorongkan aku padanya,
lembar takdir itukah yang salah,
atau tuhan sengaja bermain helah?
puisi serupa :
#pfbs,
puisi murah,
simpang hidup,
takdir
14.5.11
lelaki bersayap sebelah di tepi liang kubur tak bernombor
di tepi sebuah liang kubur tak bernombor,
seorang lelaki bersayap sebelah tinggung termenung,
sambil mengalunkan kecapi enam tali,
suaranya bernada esak dan parau,
nyanyinya berulangkali, "aku telah dibuang kerja."
dan pada jasad di hujung dasar kubur,
turutlah menangis ia tiada henti,
guntur di langit sabung menyabung,
tanah pun basah dunia pun mati.
Seksyen 2, BMC.
0
komen
Share to XShare to Facebook
seorang lelaki bersayap sebelah tinggung termenung,
sambil mengalunkan kecapi enam tali,
suaranya bernada esak dan parau,
nyanyinya berulangkali, "aku telah dibuang kerja."
dan pada jasad di hujung dasar kubur,
turutlah menangis ia tiada henti,
guntur di langit sabung menyabung,
tanah pun basah dunia pun mati.
Seksyen 2, BMC.
puisi serupa :
#pfbs,
kubur tak bernombor,
lelaki bersayap
matahari yang baik
Wahai matahari yang baik,
Padamu ku serahkan rasa hormat dan percaya diri,
Dan semoga engkau,
Terus tak jemu mendakap aku,
Dengan rapuh bersih sinarmu,
Dengan segar terik hangatmu.
Seksyen 2, BMC.
**cam bengap jugak sajak ni
1 komen
Share to XShare to Facebook
Padamu ku serahkan rasa hormat dan percaya diri,
Dan semoga engkau,
Terus tak jemu mendakap aku,
Dengan rapuh bersih sinarmu,
Dengan segar terik hangatmu.
Seksyen 2, BMC.
**cam bengap jugak sajak ni
puisi serupa :
#pfbs,
hormat,
matahari yang baik,
percaya diri
10.5.11
maafkanlah si pelukis itu, dia kehabisan warna pelangi
di bening matamu ada serpihan kolaj duka,
yang tercarik dari kanvas hidup,
hitam dan abadi dengan warna kesepian,
demi apa jua yang masih bersisa,
maafkanlah si pelukis itu,
dia kehabisan warna pelangi,
tapi kau pun enggan berpaling lagi,
dan dia pun lalu mati,
dengan comot airmata bercampur warna luka,
dengan berus celaka tertancap di dada.
0
komen
Share to XShare to Facebook
yang tercarik dari kanvas hidup,
hitam dan abadi dengan warna kesepian,
demi apa jua yang masih bersisa,
maafkanlah si pelukis itu,
dia kehabisan warna pelangi,
tapi kau pun enggan berpaling lagi,
dan dia pun lalu mati,
dengan comot airmata bercampur warna luka,
dengan berus celaka tertancap di dada.
puisi serupa :
#pfbs,
kolaj duka,
warna pelangi
9.5.11
Tentang Dia (Antara Gadis, Rudi dan Randu)
Ketahuilah aku si Gadis itu,
Lalu dimanakah kamu Rudi?
Saat Randu cuba menggagahi cintaku,
Kamu ada kemudian pergi,
Celaka apakah ini wahai Tuhan ku?
0
komen
Share to XShare to Facebook
Lalu dimanakah kamu Rudi?
Saat Randu cuba menggagahi cintaku,
Kamu ada kemudian pergi,
Celaka apakah ini wahai Tuhan ku?
puisi serupa :
#pfbs,
tentang cinta,
tentang rindu
8.5.11
sajak dari anak yang paling tak berbudi buat ibunya yang paling dia kasihi
saat ibu kau tinggalkan,
lenguh jemu beralang papan,
basah doa ibu mengiringmu,
hidup kau senang bertiang batu,
tapi ibu tua tega kau lupakan?
lancang tutur tak terucap,
kata katamu bak gunung yang menghempap,
sepatah ibu sepuluh kau lawan,
tahukah kau tangis ibu bererti tangis tuhan?
kederhakaan di kulit wajah,
walau dituris takkan berdarah,
bila hatimu segelap dasar ujung perigi,
kasih ibu tak surut walau ditimba berkali kali.
melangit ajaib kasih ibu tak tergapai,
maafkanlah diri ini anak paling tak berbudi,
dalam sujud doaku semoga sampai,
bahgialah ibu di rendang kasih ilahi.
tiada lagi tekun jari menyulam rambutku,
hilang sudah lembut sabar suaramu,
gahnya dunia tidak lagi memberi erti,
bila ibu pergi tak kembali.
airmata dititis jangan,
pesan ibu buat pedoman,
walau yang tinggal cuma dua nisan,
percayalah ibu, kasihmu kekal mengharum sepanjang zaman.
Selamat Hari Ibu.
Sayang Mak.
0
komen
Share to XShare to Facebook
lenguh jemu beralang papan,
basah doa ibu mengiringmu,
hidup kau senang bertiang batu,
tapi ibu tua tega kau lupakan?
lancang tutur tak terucap,
kata katamu bak gunung yang menghempap,
sepatah ibu sepuluh kau lawan,
tahukah kau tangis ibu bererti tangis tuhan?
kederhakaan di kulit wajah,
walau dituris takkan berdarah,
bila hatimu segelap dasar ujung perigi,
kasih ibu tak surut walau ditimba berkali kali.
melangit ajaib kasih ibu tak tergapai,
maafkanlah diri ini anak paling tak berbudi,
dalam sujud doaku semoga sampai,
bahgialah ibu di rendang kasih ilahi.
tiada lagi tekun jari menyulam rambutku,
hilang sudah lembut sabar suaramu,
gahnya dunia tidak lagi memberi erti,
bila ibu pergi tak kembali.
airmata dititis jangan,
pesan ibu buat pedoman,
walau yang tinggal cuma dua nisan,
percayalah ibu, kasihmu kekal mengharum sepanjang zaman.
Selamat Hari Ibu.
Sayang Mak.
puisi serupa :
#pfbs,
ibuku,
puisi kematian,
tentang rindu
7.5.11
pemilik mata yang luka, inilah sajak doa yang gagal untuk kita
wahai si pemilik mata,
di remang matamu yang luka,
ada penawar yang tak tawar,
menghunjam ia jatuh,
api pun bisa pudar,
cahaya lumpuh layuh,
hatiku karah jiwaku lelah,
pundakku perit dalam sujud aku menjerit,
dunia pun telah berpaling tadah,
bersama-sama angin gasar yang melayangkan seribu kerambit,
bertekal tugu aku melagukan semboyan berdoa,
langit pun lalu menjadi cermin hati,
dan pada awan yang dilukai retaknya,
menitiskan amarah dan darah yang parah dan merah,
dan kita pun pasrahlah di medan abadi sebuah penghujung duka.
maafkan aku duhai si pemilik mata,
aku cuma punya kata kata,
ku gubah jadi sajak dan doa,
seupaya aku mencuba,
0
komen
Share to XShare to Facebook
di remang matamu yang luka,
ada penawar yang tak tawar,
menghunjam ia jatuh,
api pun bisa pudar,
cahaya lumpuh layuh,
hatiku karah jiwaku lelah,
pundakku perit dalam sujud aku menjerit,
dunia pun telah berpaling tadah,
bersama-sama angin gasar yang melayangkan seribu kerambit,
bertekal tugu aku melagukan semboyan berdoa,
langit pun lalu menjadi cermin hati,
dan pada awan yang dilukai retaknya,
menitiskan amarah dan darah yang parah dan merah,
dan kita pun pasrahlah di medan abadi sebuah penghujung duka.
maafkan aku duhai si pemilik mata,
aku cuma punya kata kata,
ku gubah jadi sajak dan doa,
seupaya aku mencuba,
namun takdir itu tetaplah bukan milik kita.
puisi serupa :
#pfbs
Subscribe to:
Posts (Atom)