di remang matamu yang luka,
ada penawar yang tak tawar,
menghunjam ia jatuh,
api pun bisa pudar,
cahaya lumpuh layuh,
hatiku karah jiwaku lelah,
pundakku perit dalam sujud aku menjerit,
dunia pun telah berpaling tadah,
bersama-sama angin gasar yang melayangkan seribu kerambit,
bertekal tugu aku melagukan semboyan berdoa,
langit pun lalu menjadi cermin hati,
dan pada awan yang dilukai retaknya,
menitiskan amarah dan darah yang parah dan merah,
dan kita pun pasrahlah di medan abadi sebuah penghujung duka.
maafkan aku duhai si pemilik mata,
aku cuma punya kata kata,
ku gubah jadi sajak dan doa,
seupaya aku mencuba,
namun takdir itu tetaplah bukan milik kita.
No comments:
Post a Comment